Jembatan Kritis antara Pembaca dan Karya Bernama Resensi

Kamis, 17 Juli 2025 20:33 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
10 Alasan Mengapa Anda Sangat Lelah Setelah Bekerja
Iklan

Namun dibalik kesederhanaannya, resensi memuat kompleksitas proses berpikir yang melibatkan pemahaman mendalam.

***

Dalam dunia literasi dan pendidikan bahasa, menulis resensi bukan hanya menjadi latihan menulis biasa, tetapi juga wadah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, apresiatif, dan reflektif terhadap suatu karya. Resensi, secara sederhana, merupakan ulasan atau tanggapan terhadap sebuah karya  baik berupa buku, film, artikel, maupun karya seni lainnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun dibalik kesederhanaannya, resensi memuat kompleksitas proses berpikir yang melibatkan pemahaman mendalam, penilaian objektif, dan kemampuan menyusun argumen yang meyakinkan. Oleh karena itu, resensi dapat dikatakan sebagai jembatan kritis antara pembaca dan karya, yang tidak hanya menyampaikan isi, tetapi juga membentuk opini dan membuka ruang dialog intelektual.

Pentingnya kemampuan menulis resensi mulai disadari secara luas dalam dunia pendidikan. Kegiatan menulis resensi di sekolah, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, telah menjadi bagian dari pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih dari sekadar membaca, tetapi juga menanggapi dan mengevaluasi isi bacaan. Penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2021) menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam materi menulis resensi mampu meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI MIPA 1 SMAN 2 Bolo. Dalam model ini, siswa didorong untuk berdiskusi, bertukar ide, dan menyampaikan pendapat mereka terhadap isi suatu buku atau novel, sebelum akhirnya menuliskannya dalam bentuk resensi.

Model Think Pair Share terbukti membantu siswa dalam memahami struktur dan unsur-unsur resensi, seperti identitas buku, ringkasan isi, kelebihan dan kekurangan, serta kesimpulan yang disertai dengan rekomendasi. Agustina mencatat bahwa setelah penerapan model ini, terjadi peningkatan signifikan dalam aspek kebahasaan dan isi resensi yang ditulis siswa. Hal ini memperkuat pandangan bahwa resensi bukan hanya sebagai tugas menulis, melainkan juga alat pembelajaran yang efektif untuk membangun kemampuan berpikir logis dan kritis.

Di sisi lain, pengembangan keterampilan menulis resensi juga menuntut adanya strategi yang tepat dalam memetakan informasi. Dalam hal ini, Hutagalung (2021) mengemukakan bahwa metode peta pikiran sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis resensi novel. Melalui metode ini, siswa diajak untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan gagasan utama serta elemen penting dalam novel yang akan diresensi, seperti tema, alur, tokoh, dan latar. Dengan bantuan visualisasi dalam bentuk peta pikiran, siswa dapat lebih mudah menyusun urutan logis dari isi resensinya.

Metode ini juga membantu siswa menghindari kesalahan umum dalam menulis resensi, seperti hanya menceritakan ulang isi novel tanpa adanya evaluasi atau tanggapan pribadi. Hutagalung menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan metode peta pikiran menunjukkan peningkatan dalam hal kelengkapan isi resensi dan ketajaman analisis. Hal ini memperlihatkan bahwa kemampuan menulis resensi sangat terkait dengan bagaimana siswa memproses informasi dan mengorganisasikannya secara sistematis.

Lebih lanjut, Wardani, Rosalina, dan Triyadi (2023) melakukan analisis terhadap keterampilan menulis resensi siswa kelas XI di SMAN 1 Klari dan menemukan bahwa meskipun sebagian besar siswa telah memahami struktur umum resensi, masih banyak di antara mereka yang belum mampu menyampaikan evaluasi secara kritis dan objektif. Beberapa siswa cenderung menggunakan bahasa yang terlalu umum atau subjektif tanpa dukungan argumen yang kuat. Ini menunjukkan bahwa penguasaan menulis resensi membutuhkan pembelajaran yang lebih mendalam, tidak hanya sebatas mengenal formatnya.

Penelitian tersebut juga menyarankan perlunya integrasi pembelajaran menulis resensi dengan kegiatan membaca kritis dan diskusi kelas. Dengan demikian, siswa memiliki ruang untuk bertukar pikiran, memperluas perspektif, dan belajar menyampaikan pendapat dengan alasan yang logis. Pembelajaran resensi tidak boleh dipandang sebagai aktivitas individual semata, melainkan sebagai bagian dari pembentukan literasi kritis dan kolaboratif yang dapat menunjang kecakapan abad ke-21.

Dari berbagai studi tersebut, tampak bahwa resensi berperan penting dalam mengembangkan literasi menyeluruh: memahami teks, mengevaluasi isi, menyusun argumen, dan menyampaikan opini dalam bahasa tulis yang baik. Resensi tidak hanya memperkuat kemampuan menulis, tetapi juga membentuk sikap intelektual yang terbuka, kritis, dan reflektif. Dalam jangka panjang, kebiasaan menulis resensi dapat menjadi bekal penting bagi siswa dan mahasiswa dalam menghadapi berbagai bentuk penulisan ilmiah, seperti esai, makalah, atau artikel ilmiah.

Di luar dunia pendidikan, resensi juga memainkan peran sosial dan budaya. Dalam ruang publik digital seperti blog, media sosial, atau platform pembaca seperti Goodreads, resensi menjadi medium untuk berbagi pengalaman membaca dan memberi rekomendasi kepada orang lain. Dalam konteks ini, resensi menjadi sarana demokratisasi literasi  siapa saja dapat menyampaikan pendapatnya tentang suatu karya dan mempengaruhi pembaca lainnya.

Namun, untuk menjaga kualitas resensi dalam ruang publik, penting bagi penulis resensi baik pemula maupun profesional untuk tetap menjunjung etika penulisan, seperti menghindari plagiarisme, menyampaikan ulasan secara jujur, serta menghindari kritik yang tidak konstruktif. Penulis resensi seharusnya menjadi pembaca yang cerdas dan adil, yang mampu melihat kelebihan dan kekurangan karya secara berimbang.

Menulis resensi adalah keterampilan yang menggabungkan kemampuan berpikir kritis, membaca reflektif, dan menulis komunikatif. Dalam dunia pendidikan, resensi telah terbukti menjadi sarana yang efektif untuk meningkatkan literasi dan prestasi belajar. Di luar ruang kelas, resensi juga berperan sebagai jembatan penting antara karya dan khalayak. Dengan pendekatan pedagogis yang tepat seperti Think Pair Share dan peta pikiran, serta dukungan dari guru dan lingkungan literasi yang positif, kemampuan menulis resensi dapat berkembang dan menjadi bagian penting dari budaya intelektual masyarakat.

 

Daftar Pustaka

Agustina, A. (2021). Peningkatan prestasi belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia materi menulis teks resensi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) di kelas XI MIPA 1 SMAN 2 Bolo semester II tahun pelajaran 2020/2021. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Indonesia (JPPI), 1(2), 316–327.

Febriani, R., Asbari, M., Yani, A., Insan, U., & Indonesia, P. (2023). Resensi Buku: Berani Berubah untuk Hidup Lebih Baik. Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(01), 1-6.

Mohammad, R. R. H., Maknun, T., & Lewa, I. (2021). Peningkatan kemampuan siswa SMA Negeri 4 Kota Palu dalam menulis resensi film laskar pelangi melalui model discovery learning. Jurnal Al-Qiyam, 2(1), 26-36.

Hutagalung, O. J. R. (2021). Penggunaan Metode Peta Pikiran untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Resensi Novel. Journal of Education Action Research, 5(4), 489–495.

Wardani, A. I., Rosalina, S., & Triyadi, S. (2023). Analisis Keterampilan Menulis Resensi Siswa Kelas XI Sman 1 Klari Tahun Pelajaran 2021/2022. Jurnal Education and Development, 11(1), 180–186.

 

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler